Kesekian kalinya tentang rindu

Rindu bodoh
Tak bisa membedakan detik dengan tahun
Rindu kejam
Membuat detik yang berdetak pada jam terasa seperti hujan batu

Rindu malang
Tak pernah bisa usai dijabarkan

Tentang Rindu dan Hujan

Di negeriku
Hujan terus datang walau di musim kemarau

Seperti rindu ini, tak pernah mati.

Karena hujan, air bisa terus mengalir mengisi bak mandi rumahku

Seperti rindu ini, berkatnya cinta pun bisa terus mengisi relung di hati.

Lautmu

Matamu mengisyaratkan luka

Yang kau pendam

Berhari-hari
Berminggu-minggu

Bahkan mungkin berbulan-bulan

Luka akibat cinta yang tak kunjung sampai

Lalu tetiba kamu berbalik
Meludahi luka, menutupnya

Menemukan hilir untuk berlabuh.



Katakan, aku lah lautan tempatmu berdiam kini.
Jangan pernah
kembali ke hulu itu.

Tentang rindu dan geliat hasrat

Tentang jarak yang tak seberapa
Namun rindu menggebu seolah ibu tak pernah pulang memberi makan
Tentang senyum yang sederhana
Namun hasrat menggeliat seolah kiamat lusa kan mengetuk pintu rumah

Aku tak pernah ingin membunuh rindu,
Sekalipun mata sering bertemu
Aku tak pernah ingin mencekik hasrat,
Sekalipun tubuh selalu berpeluk erat


Aku ingin terus merindu,

serta menggeliat dalam pelukmu.

Membara pt. 2

Coba tolong katakan bagaimana caranya menelan cemburu bulat-bulat

Karena ada yang mungkin sudah terlewat

Namun masih terasa sedikit mencekat

Membara

Ada yang tersesat masuk ke dalam jantung acap kali aku melihat itu.
Cemburu? Entahlah.
Yang pasti menyesakkan. Dan ingin kutelan.